Teruntuk Tuhanku, ampuni kelancangan hamba yang maha pengampun
Tuhan
Disini aku
Bersujud dan merendah diri
Dengan segala kerendahanku
Bahkan sebagai seekor anjing sekalipun
Mengemis padamu
Belas kasihmu yang maha pengasih
Memelas sayangmu yang maha penyayang
Tuhan
Disini aku
Tertunduk antara malu dan hina
Entah ridhomu
Atau azabmu yang akan datang
Memohon padamu
Bilamana maut atau hidup yang maha memutuskan
Menjadi ketetapanmu yang maha mengetahui
Tuhan
Disini aku
Berlari dengan dan berdoa
Masih dengan segala kerendahanku
Sebagai hambamu yang maha buruk rupa
Ini kutukan atau ujian
Hamba terima yang maha adil
Segala jadi-mu yang maha kun fayakun
Tuhan
Disini aku
Menanti dan menunggu
Perpanjangan waktu
Atau habiskah waktuku?
Aku tak tahu
Tuhan, ini tanyaku yang maha mendengar
Apa jawabmu yang maha Tuhan?
Tertanda
Hambamu yang tersesat
20120229
20120222
Bagaimana Bisa?
Ada yang tertinggal dari diriku di lembah empat penjuru
Malam malam yang ku taklukkan dengan keangkuhanku
Pernah aku jadi raja untuk jiwaku sendiri
Tapi bagaimana bisa semua terasa berbeda padahal segalanya begitu sama
Terkadang setengah mati aku mengenang segala
Bahasa yang sering kita gunakan untuk bercinta
Kasih, aku menunggumu di lembah berbeda
Penantian ini menyudutkanku ke tepi duka
Terduduk lesu aku sembunyi dalam semu
Rantai realita ini terus membelenggu
Adakah kau akan datang di malam aku terjatuh?
Adakah kau simpan sekotak kebahagiaan itu?
Aku masih seperti dulu, kasih!
Masihku nyanyikan lagu yang sering kita dendangkan dalam diam
Tak henti aku susuri jejak yang kita lalui
Ingatkah kau sepotong coklat yang pernah kau beri?, aku masih menyukainya
Atau ingatkah kau tentang cerita sederhana yang sering kita tertawakan?
Masihkah kau seperti dulu, kasih?
Masihkah kau tersenyum dengan caramu yang biasa?
Atau tawamu yang kau sembunyikan?
Masihkah kau tersipu malu dengan rahasia rahasia kecilmu?
Kasih, pernah kita berpelukan jelang pagi
Bahkan dalam hujan sekalipun
Kita berlari dan terus berlari, dari gerahnya hari
Aku masih seperti dulu, kasih!
Segala tentangmu tetap tinggal
Dan segala tentangku kini pergi
Adakah terganti
Kini?
Karena semua terasa berbeda padahal segalanya begitu sama, lalu
Bagaimana bisa?
Malam malam yang ku taklukkan dengan keangkuhanku
Pernah aku jadi raja untuk jiwaku sendiri
Tapi bagaimana bisa semua terasa berbeda padahal segalanya begitu sama
Terkadang setengah mati aku mengenang segala
Bahasa yang sering kita gunakan untuk bercinta
Kasih, aku menunggumu di lembah berbeda
Penantian ini menyudutkanku ke tepi duka
Terduduk lesu aku sembunyi dalam semu
Rantai realita ini terus membelenggu
Adakah kau akan datang di malam aku terjatuh?
Adakah kau simpan sekotak kebahagiaan itu?
Aku masih seperti dulu, kasih!
Masihku nyanyikan lagu yang sering kita dendangkan dalam diam
Tak henti aku susuri jejak yang kita lalui
Ingatkah kau sepotong coklat yang pernah kau beri?, aku masih menyukainya
Atau ingatkah kau tentang cerita sederhana yang sering kita tertawakan?
Masihkah kau seperti dulu, kasih?
Masihkah kau tersenyum dengan caramu yang biasa?
Atau tawamu yang kau sembunyikan?
Masihkah kau tersipu malu dengan rahasia rahasia kecilmu?
Kasih, pernah kita berpelukan jelang pagi
Bahkan dalam hujan sekalipun
Kita berlari dan terus berlari, dari gerahnya hari
Aku masih seperti dulu, kasih!
Segala tentangmu tetap tinggal
Dan segala tentangku kini pergi
Adakah terganti
Kini?
Karena semua terasa berbeda padahal segalanya begitu sama, lalu
Bagaimana bisa?
20120213
Antah berAntah
Kita jumpa di tanah antah berantah
Di bumi mana sama kita pijak
Di situ sama cinta kita junjung
Kita cinta di tanah antah berantah
Di pagi mana kita jumpa
Di malam sama kita bercumbu
Kita lepas di tanah antah berantah
Di pagi sama kita jumpa
Di malam sama kita merindu
Di bumi mana sama kita pijak
Di situ sama cinta kita junjung
Kita cinta di tanah antah berantah
Di pagi mana kita jumpa
Di malam sama kita bercumbu
Kita lepas di tanah antah berantah
Di pagi sama kita jumpa
Di malam sama kita merindu
Kita Sama
Pernah kita sama telanjang dada, kaki, dan berlari
Pernah kita sama lelap dalam pekat, beralaskan aspal dan bertahtakan bintang
Pernah kita sama menari dalam malam malam purnama
Berkejaran kita dengan cahaya
Pernah kita sama rengkuh jiwa, raga, dan diri
Pernah kita sama terisak dalam sekat, berdarahkan asa dan bernanahkan usang
Pernah kita sama beradu dalam jam jam murka
Berkejaran kita dengan dahaga
Pernah kita sama cinta pada masing
Kau dan aku
Kita sama tak tahu
Pernah kita
Sama
Berbeda
Pernah kita
Sama?
Pernah kita sama lelap dalam pekat, beralaskan aspal dan bertahtakan bintang
Pernah kita sama menari dalam malam malam purnama
Berkejaran kita dengan cahaya
Pernah kita sama rengkuh jiwa, raga, dan diri
Pernah kita sama terisak dalam sekat, berdarahkan asa dan bernanahkan usang
Pernah kita sama beradu dalam jam jam murka
Berkejaran kita dengan dahaga
Pernah kita sama cinta pada masing
Kau dan aku
Kita sama tak tahu
Pernah kita
Sama
Berbeda
Pernah kita
Sama?
Subscribe to:
Comments (Atom)